Thawaf Nazar – Dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya seseorang berjanji kepada Allah jika permohonannya dikabulkan atau jika ia selamat dari suatu ujian, maka ia akan melakukan ibadah tertentu.

Janji semacam ini disebut nazar. Bila nazar itu berisi janji untuk melaksanakan tawaf, maka orang tersebut wajib menepatinya dengan melakukan

thawaf nazar—yakni mengelilingi Ka’bah sebagai bentuk menunaikan janji spiritualnya.

thawaf nazar

depositphotos.com

Baca juga : Thawaf Umroh Macamnya : Panduan Waktu dan Tata Cara

Tawaf nazar memiliki status hukum wajib bila sudah diucapkan secara eksplisit dan mengikat.

Contohnya, seseorang berkata, “Jika aku lulus ujian ini, aku akan bertawaf di Ka’bah.”

Maka, ketika Allah mengabulkan permintaannya, orang itu wajib menunaikan tawaf tersebut sebagai bentuk rasa syukur sekaligus menepati janji kepada Sang Pencipta.

Pelaksanaan tawaf nazar secara teknis tidak berbeda jauh dari jenis tawaf lainnya, seperti tawaf ifadah atau tawaf sunnah.

Namun, niat yang mendasari pelaksanaannya memiliki nilai tersendiri karena berangkat dari komitmen pribadi kepada Allah.

Baca Juga : Thawaf Wada: Salam Perpisahan Sebelum Meninggalkan Mekkah

Rangkaian Pelaksanaan Thawaf Nazar

Pertama, seseorang harus memastikan niatnya lurus semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji atau menunjukkan kesalehan kepada orang lain.

Niat ini cukup dilafalkan dalam hati.

Kedua, jemaah harus dalam keadaan suci dari hadas dan najis.

Maka berwudhu menjadi syarat utama sebelum memulai tawaf.

Ketiga, tawaf dilakukan dengan cara mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di tempat yang sama.

Selama berputar, posisi Ka’bah harus senantiasa berada di sisi kiri tubuh.

Dalam proses tawaf, jemaah dianjurkan memperbanyak bacaan dzikir, doa, dan refleksi diri.

Ini adalah momen istimewa untuk bermunajat, mengingat segala nikmat dan pertolongan Allah yang telah diterima.

Setelah menyelesaikan tujuh putaran, sangat dianjurkan untuk melaksanakan shalat sunnah dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim jika memungkinkan.

Tawaf nazar bukan sekadar rutinitas ibadah fisik, melainkan bentuk kesungguhan spiritual dalam menepati janji kepada Tuhan.

Menjalankan nazar adalah bukti bahwa seseorang tidak hanya berdoa saat butuh, tetapi juga ingat untuk bersyukur saat doanya terkabul.

Oleh karena itu, sebelum bernazar, seseorang sebaiknya benar-benar mempertimbangkan kesanggupan melaksanakannya.

Sebab, janji kepada Allah adalah hal yang serius dan harus dipenuhi tanpa ditunda.

Baca juga : Paket Umroh Hemat All-in Rp 23.900.000,-

isma
isma

Would you like to share your thoughts?

Your email address will not be published. Required fields are marked *